Jumat, 29 Mei 2015

SYBIL

SYBIL

Dalam tugas kali ini, kami akan membahas hasil analisis film yang telah kami tonton sebelumnya. Film ini menceritakan kisah seorang gadis yang berusia sekitar 37 tahun yang bernama Sybil. Sybil adalah seorang gadis yang mengalami perpecahan kepribadian sejak kecil. Ia seringkali mengalami black out/ benar-benar lupa akan kejadian yang telah ia alami. Oleh karena hal itu, ia pun berobat ke salah seorang psikiater yang bernama Dr. Wilbur. Setelah beberapa kali bertatap muka dengan psikiaternya, diketahuilah bahwa Sybil memiliki 16 kepribadian didalam dirinya. Hal inilah yang membuatnya mengalami black out, sehingga tidak sadar akan tindakan yang dilakukannya. Kepribadian-kepribadian itu seringkali ‘mengambil alih’ tubuh Sybil sehingga menunjukkan perilaku yang berbeda tiap kepribadiannya. Kepribadian-kepribadian tersebut seolah-olah adalah orang lain yang menggunakan tubuh Sybil dan sangat ‘mengenal’ Sybil dengan baik. Kepribadian-kepribadian tersebut berbeda antara satu dengan yang lainnya, mulai dari segi usia, hobi, tingkat keyakinan bahkan jenis kelamin. Kepribadian itu seringkali muncul ketika Sybil sedang menjalankan proses terapi dengan psikiaternya. Tanpa disadari oleh Sybil, kepribadian-kepribadian yang ada didalam dirinya tiba-tiba muncul dan ‘mengambil alih’ diri Sybil untuk menggantikan peran Sybil ketika Sybil tidak dapat mengungkapkan apa yang ia rasakan. Orang-orang disekitarnya pun heran akan perilaku Sybil yang dapat berubah sebegitu cepat. Sybil menjalani terapi psikoanalisa yang dilakukan oleh psikiaternya. Setelah menjalani beberapa kali proses terapi, diketahuilah trigger-trigger mengapa kepribadiannya pecah. Sejak kecil, Sybil seringkali mendapatkan siksaan yang luar biasa baik fisik maupun psikis dari ibunya yang menderita skizorenia tanpa pembelaan dari sang ayah. Saudari perempuan Sybil pun seringkali mengganggunya sehingga membuat Sybil mendapat hukuman dari sang ibu. Hal itulah yang secara tidak langsung membuat Sybil tidak mampu mengungkapkan emosi, kemarahan atau bahkan kesedihan yang dirasakan olehnya. Sybil seringkali menekan perasan-perasan negatif itu dalam dirinya. Setelah beberapa tahun melaukan terapi psikonalisa, Sr. Wilbur berusaha menyamakan usia seluruh kepribadian melalui hipnotis dan berusaha meyakinkan Sybil untuk memenuhi keinginan masing-masing kepribadian. Seperti kenyataan Sybil sangat membenci ibunya yang sejak kecil selalu menyiksanya yang dinafikkan oleh Sybil dikarenakan norma yang mengatakan bahwa seorang anak tidak boleh membenci ibunya. Sybil yang tadinya tidak bisa marah atau bahkan menangispun sekarang sudah dapat mengungkapkan emosi-emosi yang dirasakan olehnya. Hal inilah yang membuat kepribadian-kepribadian yang ada dalam diri Sybil bisa untuk menerima kondisi Sybil. Perlahan, trauma-trauma yang dialami Sybil dibuka dan akhirnya Sybil pun berhasil mengungkapkan emosinya dan menolak penekanan-penekanan terhadap dirinya. Seiring waktu berlalum semakin banyak kepribadian Sybil yang menyatukan diri sebagai Sybil, menjadi Sybil yang satu.
Jika dilihat dari psikoanalisa, Sybil banyak menggunakan mekanisme pertahanan/ defense mechanism dalam menghadapi masalah yang terjadi dalam hidupnya. Di bawah tekanan kecemasan yang berlebihan, ego kadang-kadang terpaksa menempuh cara-cara ekstrem untuk menghilangkan tekanan. Cara-cara itulah yang disebut dengan mekanisme pertahanan. Salah satu mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh Sybil adalah represi, represi adalah melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa membangkitkan kecemasan, mendorong kenyataan yang tidak bisa diterima kepada ketaksadaran, atau bisa menjadi tidak menyadari hal-hal yang menyakitkan. Hal inilah yang paling sering dilakukan oleh Sybil ketika mendapatkan penyiksaan dari ibunya. Ia seringkali menekan amarah serta emosi-emosi lainnya dikarenakan norma dimana seorang anak tidak boleh membenci ibunya. Selain itu, Sybil juga seringkali melakukan mekanisme pertahanan dalam bentuk regresi, regresi adalah melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutan-tuntutannya tidak terlalu besar. Seperti yang terjadi pada diri Sybil, ketika ia merasa takut ia bisa saja mengompol pada saat itu juga tanpa menyadari apa yang telah ia lakukan.

Tujuan dari terapi psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari di dalam diri klien. Proses terapeutik difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau di rekonstruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian. Terapi psikoanalitik menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketaksadaran diketahui. Pemahaman dan pengertian intelektual memiliki arti penting tetapi perasaan-perasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan dengan pemahaman diri lebih penting lagi. Teknik terapi yang digunakan ialah:
a.     Asosiasi bebas, merupakan suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lampau yang dikenal dengan sebutan katarsis. Selama proses asosiasi bebas berlangsung, tugas analis adalah mengenali bahan yang direpres dan dikurung di dalam ketaksadaran. Penghalangan-penghalangan atau pengacauan-pengacauan oleh klien terhadap asosiasi-asosiasi merupakan isyarat bagi adanya bahan yang membangkitkan kecemasan. Analis menafsirkan bahan itu dan menyampaikannya kepada klien, membimbing klien ke arah peningkatan pemahaman atas dinamika-dinamika yang mendasarinya, yang tidak disadari oleh klien.
b.     Penafsiran
Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan transferensi-transferensi. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi, dan oleh hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi penafsiran-penafsiran adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut. Dengan perkataan lain, analis harus bisa menafsirkan bahan yang belum terlihat oleh klien, tetapi yang oleh klien bisa diterima dan diwujudkan sebagai miliknya.
c.    Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tak disadari dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Freud memandang mimpi-mimpi sebagai jalan istimewa menuju ketaksadaran, sebab melalui mimpi-mimpi, hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan dan ketakutan-ketakutan yang tak disadari diungkap. Mimpi-mimpi memiliki dua taraf isi, yaitu laten dan isi manifes. Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik dan tak disadari. Karena begitu mengancam dan menyakitkan, dorongan-dorongan seksual dan agresif tak sadar yang merupakan isi laten ditransformasikan ke dalam isi manifes yang lebih dapat diterima, yakni impian sebagaimana yang tampil pada si pemimpi. Proses transformasi is laten mimpi ke dalam isi manifes yang kurang mengancam itu disebut kerja mimpi. Tugas analis adalah menyingkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat pada isi manifes mimpi, selama jam analitik, analis bisa meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian guna menyingkap makna-makna yang terselubung.
d.    Analisis dan Penafsiran Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tak disadari. Freud memandang resistensi sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien sadar atas dorongan-dorongan dan perasaan-perasaan depresi itu. Resistensi ditunjukkan untuk mencegah bahan yang mengancam memasuki ke kesadaran, analis harus menunjukannya, dan klien harus menghadapinya jika dia mengharapkan bisa menangani konflik-konflik secara realistis. Resistensi-resistensi bukanlah hanya sesuatu yang harus diatasi. Karena merupakan perwujudan dari pendekatan-pendekatan defensif klien yang biasa dalam kehidupan sehari-harinya, resistensi-resistensi harus dilihat sebagai alat bertahan terhadap kecemasan, tetapi menghambat kemampuan klien untuk mengalami kehidupan yang lebih memuaskan.
e.    Analisis dan Penafsiran Transferensi
Transferensi mengejawantahkan dirinya dalam proses terapeutik ketika urusan yang tak selesaiĆ¢ di masa lampau klien dengan orang-orang yang berpengaruh menyebabkan dia mendistorsi masa sekarang dan bereaksi terhadap analis sebagaimana dia bereaksi terhadap ibu atau ayahnya. Analisis transferensi adalah teknik yang utama dalam psikoanalisis, sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Penafsiran hubungan transferensi juga memungkinkan klien mampu menembus: konflik-konflik masa lampau yang tetap dipertahankannya hingga sekarang dan yang menghambat pertumbungan emosionalnya. Singkatnya efek-efek psikopatologis dari hubungan masadini yang tidak diinginkan, dihambat oleh penggarapan atas konflik emosional yang sama yang terdapat dalam hubungan terapeutik dengan analis.  



Anggota Kelompok :
1.     Amadea Shafira            (10512675)
2.    Asma Amalia K             (11512211)
3.    Bening Koesuma A       (18512375)
4.    Dila Fadilah                 (12512107)
5.    Tika Oktaviani             (17512386)

6.    Zulaicha Rahma F         (18512030)