SYBIL
Dalam tugas kali ini, kami akan membahas hasil analisis film yang telah
kami tonton sebelumnya. Film ini menceritakan kisah seorang gadis yang berusia
sekitar 37 tahun yang bernama Sybil. Sybil adalah seorang gadis yang mengalami perpecahan
kepribadian sejak kecil. Ia seringkali mengalami black out/ benar-benar lupa akan kejadian yang telah ia alami. Oleh
karena hal itu, ia pun berobat ke salah seorang psikiater yang bernama Dr.
Wilbur. Setelah beberapa kali bertatap muka dengan psikiaternya, diketahuilah
bahwa Sybil memiliki 16 kepribadian didalam dirinya. Hal inilah yang membuatnya
mengalami black out, sehingga tidak
sadar akan tindakan yang dilakukannya. Kepribadian-kepribadian itu seringkali ‘mengambil alih’
tubuh Sybil sehingga menunjukkan perilaku yang berbeda tiap kepribadiannya.
Kepribadian-kepribadian tersebut seolah-olah adalah orang lain yang menggunakan
tubuh Sybil dan sangat ‘mengenal’ Sybil dengan baik. Kepribadian-kepribadian
tersebut berbeda antara satu dengan yang lainnya, mulai dari segi usia, hobi,
tingkat keyakinan bahkan jenis kelamin. Kepribadian itu seringkali muncul
ketika Sybil sedang menjalankan proses terapi dengan psikiaternya. Tanpa
disadari oleh Sybil, kepribadian-kepribadian yang ada didalam dirinya tiba-tiba
muncul dan ‘mengambil alih’ diri Sybil untuk menggantikan peran Sybil ketika
Sybil tidak dapat mengungkapkan apa yang ia rasakan. Orang-orang disekitarnya
pun heran akan perilaku Sybil yang dapat berubah sebegitu cepat. Sybil
menjalani terapi psikoanalisa yang dilakukan oleh psikiaternya. Setelah
menjalani beberapa kali proses terapi, diketahuilah trigger-trigger mengapa
kepribadiannya pecah. Sejak kecil, Sybil seringkali mendapatkan siksaan yang
luar biasa baik fisik maupun psikis dari ibunya yang menderita skizorenia tanpa
pembelaan dari sang ayah. Saudari perempuan Sybil pun seringkali mengganggunya
sehingga membuat Sybil mendapat hukuman dari sang ibu. Hal itulah yang secara
tidak langsung membuat Sybil tidak mampu mengungkapkan emosi, kemarahan atau
bahkan kesedihan yang dirasakan olehnya. Sybil seringkali menekan
perasan-perasan negatif itu dalam dirinya. Setelah beberapa tahun melaukan
terapi psikonalisa, Sr. Wilbur berusaha menyamakan usia seluruh kepribadian
melalui hipnotis dan berusaha meyakinkan Sybil untuk memenuhi keinginan
masing-masing kepribadian. Seperti kenyataan Sybil sangat membenci ibunya yang
sejak kecil selalu menyiksanya yang dinafikkan oleh Sybil dikarenakan norma
yang mengatakan bahwa seorang anak tidak boleh membenci ibunya. Sybil yang
tadinya tidak bisa marah atau bahkan menangispun sekarang sudah dapat
mengungkapkan emosi-emosi yang dirasakan olehnya. Hal inilah yang membuat
kepribadian-kepribadian yang ada dalam diri Sybil bisa untuk menerima kondisi
Sybil. Perlahan, trauma-trauma yang dialami Sybil dibuka dan akhirnya Sybil pun
berhasil mengungkapkan emosinya dan menolak penekanan-penekanan terhadap
dirinya. Seiring waktu berlalum semakin banyak kepribadian Sybil yang
menyatukan diri sebagai Sybil, menjadi Sybil yang satu.
Jika dilihat dari psikoanalisa, Sybil banyak menggunakan mekanisme
pertahanan/ defense mechanism dalam
menghadapi masalah yang terjadi dalam hidupnya. Di bawah tekanan kecemasan yang
berlebihan, ego kadang-kadang terpaksa menempuh cara-cara ekstrem untuk
menghilangkan tekanan. Cara-cara itulah yang disebut dengan mekanisme
pertahanan. Salah satu mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh Sybil adalah represi,
represi adalah melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa membangkitkan
kecemasan, mendorong kenyataan yang tidak bisa diterima kepada ketaksadaran,
atau bisa menjadi tidak menyadari hal-hal yang menyakitkan. Hal inilah yang
paling sering dilakukan oleh Sybil ketika mendapatkan penyiksaan dari ibunya.
Ia seringkali menekan amarah serta emosi-emosi lainnya dikarenakan norma dimana
seorang anak tidak boleh membenci ibunya. Selain itu, Sybil juga seringkali
melakukan mekanisme pertahanan dalam bentuk regresi, regresi adalah melangkah
mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutan-tuntutannya tidak
terlalu besar. Seperti yang terjadi pada diri Sybil, ketika ia merasa takut ia
bisa saja mengompol pada saat itu juga tanpa menyadari apa yang telah ia
lakukan.
Tujuan dari terapi psikoanalitik
adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran
yang tak disadari di dalam diri klien. Proses terapeutik difokuskan pada upaya
mengalami kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman-pengalaman
masa lampau di rekonstruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan
sasaran merekonstruksi kepribadian. Terapi psikoanalitik menekankan dimensi
afektif dari upaya menjadikan ketaksadaran diketahui. Pemahaman dan pengertian
intelektual memiliki arti penting tetapi perasaan-perasaan dan ingatan-ingatan
yang berkaitan dengan pemahaman diri lebih penting lagi. Teknik terapi yang digunakan
ialah:
a.
Asosiasi bebas, merupakan suatu metode
pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi
yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lampau yang dikenal dengan
sebutan katarsis. Selama proses asosiasi bebas berlangsung, tugas analis adalah
mengenali bahan yang direpres dan dikurung di dalam ketaksadaran.
Penghalangan-penghalangan atau pengacauan-pengacauan oleh klien terhadap
asosiasi-asosiasi merupakan isyarat bagi adanya bahan yang membangkitkan
kecemasan. Analis menafsirkan bahan itu dan menyampaikannya kepada klien,
membimbing klien ke arah peningkatan pemahaman atas dinamika-dinamika yang
mendasarinya, yang tidak disadari oleh klien.
b.
Penafsiran
Penafsiran
adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi-asosiasi bebas,
mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan transferensi-transferensi. Prosedurnya
terdiri atas tindakan-tindakan analis yang menyatakan, menerangkan, bahkan
mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh
mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi, dan oleh hubungan
terapeutik itu sendiri. Fungsi penafsiran-penafsiran adalah mendorong ego untuk
mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar
lebih lanjut. Dengan perkataan lain, analis harus bisa menafsirkan bahan yang
belum terlihat oleh klien, tetapi yang oleh klien bisa diterima dan diwujudkan
sebagai miliknya.
c.
Analisis Mimpi
Analisis
mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tak
disadari dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang
tidak terselesaikan. Freud memandang mimpi-mimpi sebagai jalan istimewa menuju
ketaksadaran, sebab melalui
mimpi-mimpi, hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan dan ketakutan-ketakutan
yang tak disadari diungkap. Mimpi-mimpi
memiliki dua taraf isi, yaitu laten dan isi manifes. Isi laten terdiri atas
motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik dan tak disadari. Karena
begitu mengancam dan menyakitkan, dorongan-dorongan seksual dan agresif tak
sadar yang merupakan isi laten ditransformasikan ke dalam isi manifes yang
lebih dapat diterima, yakni impian sebagaimana yang tampil pada si pemimpi.
Proses transformasi is laten mimpi ke dalam isi manifes yang kurang mengancam
itu disebut kerja mimpi. Tugas analis adalah menyingkap makna-makna yang
disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat pada isi manifes
mimpi, selama jam analitik, analis bisa meminta klien untuk mengasosiasikan
secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian guna menyingkap makna-makna yang
terselubung.
d.
Analisis dan Penafsiran Resistensi
Resistensi
adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan
bahan yang tak disadari. Freud memandang resistensi sebagai dinamika tak sadar
yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa
dibiarkan, yang akan meningkat jika klien sadar atas dorongan-dorongan dan
perasaan-perasaan depresi itu. Resistensi ditunjukkan untuk mencegah bahan yang
mengancam memasuki ke kesadaran, analis harus menunjukannya, dan klien harus
menghadapinya jika dia mengharapkan bisa menangani konflik-konflik secara
realistis. Resistensi-resistensi
bukanlah hanya sesuatu yang harus diatasi. Karena merupakan perwujudan dari
pendekatan-pendekatan defensif klien yang biasa dalam kehidupan sehari-harinya,
resistensi-resistensi harus dilihat sebagai alat bertahan terhadap kecemasan,
tetapi menghambat kemampuan klien untuk mengalami kehidupan yang lebih
memuaskan.
e.
Analisis dan Penafsiran Transferensi
Transferensi
mengejawantahkan dirinya dalam proses terapeutik ketika urusan yang tak
selesaiĆ¢ di masa lampau klien
dengan orang-orang yang berpengaruh menyebabkan dia mendistorsi masa sekarang
dan bereaksi terhadap analis sebagaimana dia bereaksi terhadap ibu atau
ayahnya. Analisis transferensi adalah teknik yang utama dalam psikoanalisis,
sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi.
Penafsiran hubungan transferensi juga memungkinkan klien mampu menembus:
konflik-konflik masa lampau yang tetap dipertahankannya hingga sekarang dan
yang menghambat pertumbungan emosionalnya. Singkatnya efek-efek psikopatologis
dari hubungan masadini yang tidak diinginkan, dihambat oleh penggarapan atas
konflik emosional yang sama yang terdapat dalam hubungan terapeutik dengan
analis.
Anggota
Kelompok :
1. Amadea
Shafira (10512675)
2. Asma
Amalia K (11512211)
3. Bening
Koesuma A (18512375)
4. Dila
Fadilah (12512107)
5. Tika
Oktaviani (17512386)
6. Zulaicha
Rahma F (18512030)