Dalam menjalani hidup ini, kehidupan seseorang tidak
pernah berjalan mulus tanpa adanya suatu masalah. Bagi seseorang yang kurang
ahli atau tidak bisa mengatasi masalah tersebut akan membuatnya terancam dan
mengganggu hidupnya dan akan menimbulkan stress. Tapi, apa sebenarnya stress
itu? Mari kita bahas.
Pengertian Stress
Stress merupakan bentuk ketegangan fisik, psikis,
emosi maupun mental. Ketegangan ini biasanya mempengaruhi kehidupan seseorang.
Bahkan dengan stress seseorang akan cenderung mengalami penurunan terhadap
kinerja dan produktivitasnya. Sumber stress disebut dengan stressor dan
ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Sedangkan berdasarkan definisi kerja stress, stress
dapat diartikan sebagai:
- Suatu tanggapan adaptif, dengan adanya perbedaan
antara individual dan proses psikologisnya. Yaitu adanya suatu konsekuensi
secara berlebihan terhadap seseorang dari apa yang telah ia lakukan.
Konsekuensi itu jelas membebani secara fisik maupun mental.
- Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi
oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu
konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan ) situasi atau
peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan
pada seseorang.
Akan tetapi stress tidak selamanya bersifat negatif,
stress bisa juga bersifat positif jika seseorang menganggap stress sbagai
tekanan yang dapat memicu orang tersebut berbuat lebih baik.
Stres dibedakan menjadi dua yaitu stres yang
merugikan dan merusak yang disebut distress, dan stres yang positif dan
menguntungkan, yang disebut eustres. Setiap individu mempunyai reaksi yang
berbeda terhadap jenis stres, dalam kenyataannya stres menyebabkan
sebagian individu menjadi putus asa tetapi bagi individu lain justru dapat
menjadi dorongan baginya untuk lebih baik (Tanumidjojo, dkk 2004).
Pengertian Stress Menurut Para Ahli
Hardjana (1994)
mendefinisikan stres sebagai suatu keadaan atau kondisi yang tercipta dalam
proses transaksi orang yang mengalami stres dan hal yang dianggap yang
mendatangkan stres sehingga membuat orang yang bersangkutan melihat ketidak
sepadanan yang bersifat nyata maupun tidak nyata, antara keadaan atau kondisi
dan sistem sumber daya biologis, psikologis, dan sosial yang ada padanya.
Menurut Wangsa ( 2010)
istilah stres berasal dari kata “stringere “ yang mempunyai arti
ketegangan, dan tekanan. Stres merupakan reaksi yang tidak diharapkan yang
muncul disebabkan oleh tingginya tuntutan lingkungan kepada seseorang. Dimana
harmoni atau keseimbangan antara kekuatan dan kemampuannya terganggu.
Menurut
Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan
keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai
kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian
stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu
kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya
tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan
kerja mereka.
Menurut
Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif,
apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan
dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita
berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu
sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman
atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan,
menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan
menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu
besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stress juga
dapat diartikan sebagai:
- Stimulus,
yaitu stress merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan
stress atau disebut juga dengan stressor.
- Respon,
yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena
adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat
secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah
tersinggung.
Penyebab
Stress
Seseorang
dapat mengalami stres disebabkan oleh beberapa faktor :
- Faktor Eksternal
Faktor
eksternal berasal dari luar diri manusia, seperti lingkungan dan keadaan.
Contoh dari faktor eksternal adalah karyawan yang diphk, mahasiswa dengan tugas
banyak, seseorang mengalami kejadian duka.
- Faktor Internal
Faktor
internal stress berhubungan erat dengan faktor dari diri sendiri dan
keadaannya. Misalnya, harapan yang terlalu tinggi dan sulit mencapainya,
ketakutan akan seuatu hal, trauma dll.
Coping stress
Coping
adalah proses dimana seseorang mengatur kenyataan atau persepsi mereka terhadap
kenyataan yang bertentangan dengan harapan kita dan sumber pemenuhan harapan
pada situasi stress.
Menurut
Radley (1994), Coping stres yaitu sebagai penyesuaian secara kognitif dan
perilaku menuju keadaan yang lebih baik, mengurangi dan bertoleransi dengan
tuntutantuntutan yang ada yang mengakibatkan stres.
Untuk penanganan stress, coping memiliki dua jenis
fungsi yaitu coping yang terfokus pada emosi dan yang terfokus pada masalah
atau problem.
1.Emotion-focused coping
Fungsi dari coping ini adalah untuk mengatur respon
emosi dari seseorang melalui perilaku. Contohnya adalah minum alcohol atau
mencari dukungan sosial
2.Problem-focused coping
Untuk menangani stress, coping ini lebih menekankan
pada pengurangan tuntutan dari stressor atau menambah jumlah sumber daya yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Cara utamanya adalah dengan percaya bahwa
mereka dapat mengubah situasi.
Ada banyak jenis metode pada coping stress.
Metode-metodenya antara lain direct action (aksi langsung), seeking information
(pencarian informasi), turning to other(pembelokan ke yang lain), resigned
acceptance(berhenti menerima), emotional discharge (pembebasan emosi), intrapsychic
processes(proses jiwa)
Coping pada seseorang tergantung pada dimana tingkat
kehidupan orang tersebut. Ada beberapa cara untuk menjadikan coping lebih
efektif yaitu :
• Farmakologi
• Metode
perilaku dan kognitif
• Meditasi
dan hypnosis
Teori Kepribadian Sehat
Menurut :
Gordon Allport
Minat Allport terhadap pribadi yang sehat secara
psikologis dimulai tahun 1922, yaitu ketika mendapatkan gelar Ph.D. menurut
Allport pribadi yang sehat biasanya mempunyai masa kecil yang relative tidak
traumatis walaupun pada tahun-tahun berikutnya mereka dapat menghadapi konflik
dan penderitaan, orang-orang yang sehat secata psikologi tidak terbebas dari
kelemahan-kelemahan ataupun keanehan-keanehan yang membuat mereka unik. Selain itu,
usia juga tidakdiperlukan untuk kedewasaan, walaupun manusia yang sehat
kleihatan menjadi lebih dewasa saat mereka bertambah umurnya.
Carl Rogers
Roger berpendapat bahwa kepribadian yang sehat, yaitu
bukan merupakan suatu keadaan yang ada, melainkan suatu proses “suatu arah
bukan suatu tujuan”. Aktualisasi berlangsung terus dan statis. Tujuan, yakni
orientasi ke masa depan, menarik individu kedepan dan mengembangkan segala segi
dari diri.
Aktualisasi diri merupakan proses yang sukardan
kadang-kadang menyakitkan. Aktualisasi diri merupakan ujian, rentangan, dan
pecutan terus menerus terhadap kemampuan seseorang.
Aktualisasi diri yakni mereka benar-benar adalah diri
mereka sendiri. Mereka tidak bersembunyi dibalik topeng, yang berpura-pura
menjadi sesuatu yang bukan diri mereka sebenarnya.
Roger memberikan lima tanda-tanda orang yang melakukan
aktualisasi diri :
1.
Keterbuka pada pengalaman
Kepribadian adalah fleksibel, tidak hanya mau menerima
pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi dapat
menggunakannya dalam membuka esempatan-kesempatan persepsi dan ungkapan baru.
Sebaliknya kepribadian defensif beroperasi menurut syarat-syarat penghargaan
adalah statis, tersembunyi dibelakang peran-peranan, tidak dapat menerima atau
bahkan mengetahui pengalaman-pengalaman tertentu. Orang yang berfungsi
sepenuhnya dapat dikatakan lebih emosional karena mereka mengalami banyak emosi
baik yang positif maupun negatif
2. Kehidupan
eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya, aktualisasi diri,
akan hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan karena ia terbuka pada
setiap pengalaman. Pengalaman selalu dirasa segar dan baru. Ia tidak akan
beperasangka dan mudah menyesuaikan diri terhadap pengalaman sehingga tidak
harus memanipulasi apa yang dialaminya sehingga mereka dapat dengan bebas
berpartisipasi didalamnya.. Menurut Rogers, kehidupan eksistensial ini
merupakan ciri terpenting kepribadian yang melakukan aktualisasi
diri/keperibadian yang sehat.
3.
Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Orang yang sehat akan terbuka pada pengalaman sehingga
ia menerima semua informasi yang ada, informasi dapat berisi
kebutuhan-kebutuhan, tuntutan-tuntutan sosial, ingatan-ingatan pada situasi
yang serupa pada masa sekarang. Individu yang sehat dapat membiarkan seluruh
organisme mempertimbangkan setiap hal, dari suatu situasi dengan.
Faktor emosional maupun intelektual, akan menyerap
semua informasi yang diterima. Hal ini menjadikannya dalam membuat keputusan
dapat mempercayai organismenya sendiri, intuisinya, impuls-impuls yang timbul
seketika. Ia menjadi spontan namun tidak terburu-buru (tidak mempertimbangkan
konsekuensi tindakan). Ia percaya dirinya sendiri.
4. Persaaan
bebas
Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa
adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan
tindakan. Ia memiliki perasaan berkuasa secara peribadi mengenai kehidupan dan
percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah
laku keadaan atau peristiwa masa lampau. Karena merasa bebas dan berkuasa, ia
menjadi mampu melihat banyaknya pilihan dalam kehidupan dan mampu melakukan
pilihan-pilihan tersebut sesuai kehendaknya.
5.
Kreativitas
Roger percaya bahwa, orang yang berfungsi
sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap
perubahan-perubahan yang drastis dalam kondisi lingkungan, mereka memiliki
kreativitas dan spontanitas untuk menggulangi perubahan-perubahan traumatis.sumber :
http://afiantika.blogspot.com/2013/05/kepribadian-sehat-menurut-carl-roger.html
http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2153667-coping-life-style/
Feist, Jess.,&Feist, Gregory. (2010). Teori Kepribadian. Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.
http://www.psychologymania.com/2012/05/pengertian-stress.html
http://kajianpsikologi.blogspot.com/2012/02/definisi-stres.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar