I.
Perbedaan
Psikoterapi dan Konseling
Secara tradisional, dalam membedakan
antara psikoterapi dan konseling itu merupakan hal yang mudah. Pada konseling ,
konselor menghadapi orang normal sementara pada psikoterapi yang dihadapinya
adalah orang yang memiliki gangguan neurosis atau psikosis.
Akan tetapi, pendapat lain datang dari
para ahli tentang perbedaan antara psikoterapi dan konseling. Seperti yang di nyatakan
oleh Patterson (1959) kedua hal tersebut tidak mempunyai perbedaan yang
signifikan. Hal itu dilihat dari penciptaan rapport, peranan klien dan arah
hubungan atau pendekatannya sama-sama digunakan dalam psikoterapi dan
konseling. Hal sama dikemukakan pula oleh Black (1952) bahwa beberapa metode
universal dan esensial pada psikoterapi , seperti rapport, menerima dan
menghargai hakikat dan martabat pasien, kualitas hubungan dan pembatasan –
pembatasannya semua digunakan pula dalam konseling.
Pallone (1977) dan Patterson (1973) yang
dikutip oleh Thompson dan Rudolph (1983) menyimpulan perbedaan psikoterapi dan
konseling, sebagai berikut :
No.
|
KONSELING
|
PSIKOTERAPI
|
1
|
Klien
|
Pasien
|
2
|
Gangguan
yang kurang serius
|
Gangguan
yang serius
|
3
|
Masalah
: Jabatan, pendidikan
|
Masalah
kepribadian dan pengambilan keputusan
|
4
|
Berhubungan
dengan pencegahan
|
Berhubungan
dengan penyembuhan
|
5
|
Lingkungan
pendidikan dan nonmedis
|
Lingkungan
medis
|
6
|
Berhubungan
dengan kesadaran
|
Berhubungan
dengan ketidaksadaran
|
7
|
Metode
pendidikan
|
Metode
penyembuhan
|
II.
Pendekatan
terhadap Mental illness
a. Biological
Meliputi keadaan mental organik,
penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey,
Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi.
b. Psychological
Meliputi
suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk,
sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis
perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan
c. Sosiological
Meliputi
kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan
masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh
proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya
tertentu.
d. Philosopic
Kepercayaan
terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk
menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap
ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada
istilah keharusan atau pemaksaan.
III.
Bentuk Utama Terapi
a.
Psikoterapi
Suportif
Jenis terapi ini mendukung fungsi ego,
memperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang baru dan lebih
baik, memperbaiki ke suatu keadaan keseimbangan tang lebih adaptif.
b.
Psikoterapi Reedukatif
Bentuk
terapi ini mempunyai tujuan mengubah pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan
(habits) tertentu dan membentuk
kebiasaan yang lebih menguntungkan.
c.
Psikoterapi Rekonstruktif
Dicapainya
tilikan (insight) akan
konflik-konflik nirsadar, dengan usaha untuk mencapai perubahan luas struktur
kepribadian seseorang.
Sumber :
https://books.google.co.id/books?id=-vjvjGDxJi4C&pg=PA85&lpg=PA85&dq=perbedaan+konseling+dan+psikoterapi&source=bl&ots=nycqId_18l&sig=mwdi0L2gZabsAwNVmTkQ_Ew72gE&hl=en&sa=X&ei=43QRVcS5Gs-puwTd94LgCw&ved=0CFYQ6AEwBw#v=onepage&q=perbedaan%20konseling%20dan%20psikoterapi&f=false
http://sisykurniaasih.blogspot.com/2013_03_01_archive.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar