Rabu, 22 April 2015

Humanistic eksistensial (Artikel 2)

Eksistensial-Humanistik
            Psikologi telah lama di dominasi oleh pendekatan empiris terhadap studi tentang tingkah laku individu. Banyak ahli psikologi Amerika yang menunjukkan kepercayaan pada definisi – definisi oprasional dan hipotesis-hipotessis yang bisa diuji serta memandang usaha memperoleh data empiris sebagai satu-satunya pendekatan yang sahih guna memperoleh informasi tentang tingkah laku manusia. Di masa lalu tidak terdapat bukti adanya minat yang serius terhadap aspek-aspek filosofis dari konseling psikoterapi. Pendekatan eksistensial-humanistik, di lain pihak menekankan renungan-renungan filosofis tentang apa artinya menjadi manusia yang utuh. Banyak ahli psikologi yang berorientasi eksistensial yang mengajukan argument menentang pembatasan studi tingkah laku manusia pada metode-metode menentang pembatasan studi tingkah laku manusia pada metode-metode yang digunakan oleh ilmu pengetahuan alam.
            Menurut Gladding (dari Lesmana, 2008) Istilah humanistik dalam hubungannya dengan konseling, memfokuskan pada potensi individu untuk secara aktif memilih dan membuat keputusan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri dan lingkungannya. Para professional yang memakai pendekatan humanistic membantu individu untuk meningkatkan pemahaman diri melalui mengalami perasaan-perasaan mereka. Istilah humanistic sangat luas dan memfokuskan pada individu sebagai pembuat keputusan dan pencetus pertembuhan dan perkembangan diri sendiri.
            Tujuan dasar banyak pendekatan psikoterapi adalah membantu individu agar mampu bertindak, menerima kebebasan dan tanggung jawab untuk tindakan-tindakannya. Terapi eksistensial terutama berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu saling berkaitan. Dalam penerapan-penerapan, terapeutiknya, pendekatan eksitensial-humanistik memusatkan perhatian pada asumsi-asumsi filosofis yang melandasi terapi. Pendektan eksistensial humanistic menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang-orang dalam hubungan dengan sesamanya yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya , dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu individu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia.

Sumber :
Lesmana, J. M. (2008). Dasar-dasar konseling. Salemba: Universitas Indonesia (UI-Press)
Corey, G. (2007). Teori dan praktek konseling & psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar