Rabu, 22 April 2015

Humanistik-Eksistensial (Artikel 5)

Konsep Utama Terapi Humanistik-Eksistensial

1.      Kesadaran Diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri seorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesadaran untuk memilih alternatif-alternatif yakni memutuskan secara bebas didalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab. Para ekstensialis menekan manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.

2.      Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan ekstensial bisa diakibatkan atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing). Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesasaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi-potensinya. Dosa ekstensial yang juga merupakan bagian kondisi manusia. Adalah akibat dari kegagalan individu untuk benar-benar menjadi sesuatu sesuai dengan kemampuannya.

3.      Penciptaan Makna
Manusia itu unik dalam arti bahwa ia berusaha untuk menentukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian (manusia lahir sendirian dan mati sendirian pula). Walaupun pada hakikatnya sendirian, manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna bisa menimbulkan kondisi-kondisi isolasi dipersonalisasi, alineasi, keterasingan, dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya. Sampai tarap tertentu, jika tidak mampu mengaktualkan diri, ia bisa menajdi “sakit”.
Tujuan Konseling Teori Konseling Eksistensial
a.       Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
b.  Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi. membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
c.       Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.
Sikap, peran dan tugas konselor
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
a.  Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
b.  Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
c.  Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik.
d.  Berorientasi pada pertumbuhan.
e.  Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
f.  Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
g. Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi
    tindakan kreatif dan positif.
h. Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
i. Bekerja kearah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.

sumber :
http://www.scribd.com/doc/202049846/KONSELING-EKSISTENSIAL-HUMANISTIK-pdf#scribd
https://deathneverlost.wordpress.com/2014/05/21/terapi-humanistik-eksistensial/
http://kandidatkonselor.blogspot.com/2013/01/teori-dan-pendekatan-konseling_31.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar